Memulai
hal yang baru dalam hidup kita, mungkin memerlukan pemikira yang sangat matang.
Karena kembali lagi, kita harus tau resikonya. Dan itu saya alami saat saya
ingin mengikuti suatu tes di kampus, yaitu tes menjadi seorang asisten lab.
Awalnya niat saya untuk menjadi asisten lab sangat kuat, karena saya bukan tipe
orang yang monoton, yang hanya pulang pergi kampus dan rumah. Itu adalah tekat
awal sebulum saya masuk ke perguruan tinggi. Saya tidak mau hanya menjadi
mahasiswa yang hanya biasa saja. Yang pulang pergi kampus rumah. Dan pada
sampai akhirnya saya ternyata kuliah di depok. Tempat yang jauh dari rumah
saya. Dan itu memaksa saya untuk memilih ngekost di sekitar kampus. Karena hal
itulah semakin kuatlah tekat saya untuk mengikuti berbagai macam kegiatan
kampus. Karena akan sangat membosankan bila hanya berkuliah saja.
Dan
oleh karena itu, saya mengambil kegiatan paduan suara yang ada dikampus saya.
Itu merupakan kegiatan yag saya senangi, karena bernyanyi adalah hobby saya.
Dan melakukan kegiatan atas dasar hobby itu sangat menyenangkan. Walaupun
kegiatan saya cukup mengambil banyak waktu saya, untungnya semua itu tidak
mengganggu kuliah saya. Dan pada suatu saat, sebuah lab membuka lowongan untuk
menerima asisten baru. Itu adalah hal yang saya tunggu-tunggu, karena menjadi
seorang asisten sama saja seperti menjadi seorang guru, dan itu merupakan salah
satu cita-cita saya. Akhirnya saya dan teman-teman saya mulai mendaftar dengan
semangatnya. Mendaftar di lab ini ternyata bukan hal yang mudah. Banyak sekali
syarat-syarat yang harus saya penuhi. Pada tahap awal yaitu tahap administrasi,
dan untungnya sampai tahap ini, saya masih diberi kelancaran dan akhirnya saya
lolos ditahap ini.
Tapi
tidak hanya sampai disitu saja, setelah saya lolos tahap registrasi,
dilanjutkan oleh pembuatan sebuah makalah, dan membuat makalah ini tidak mudah,
karena saya harus memiliki minimal 2 sumber buku, akhirnya dengan niat yang
masih bergebu-gebu saya dan teman-teman saya memutuskan untuk mencari buku di
perpustakaan kampus kami, saya bekerja sama dan saling membantu satu sama lain
untuk mencari-cari buku yang kami butuhkan untuk menjadi bahan referensi kami.
Akhirnya masing-masing dari kami menemukan buku yang cocok untuk menjadi bahan
referensi kami. Ternyata saat kami mengerjakan makalah tersebut, bukan hanya
buku saja yang menjadi kendala kami, masih banyak lagi kendala-kendala yang
harus kami hadapi, sampai terbenak dipikiran saya untuk mundur saja dari
asisten lab ini. Tapi teman-teman saya memberikan semngat untuk saya, dan
mereka meminta saya untuk tidak mundur karena kita udah setengah jalan, masa
iya harus mundur. Dan omongan mereka membuat saya sadar, kalau saya tidak boleh
mundur. Akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk mundur dan tetap maju dan
mngerjakan makalah tersebut.
Akhirnya
makalah pun selesai dan saya pun sudah mengirimkan makalahnya ke email yang
mereka kasih. Tapi teryata, tidak sampai disitu saja, pada saat saya membuat
printout dari makalah tersebut, ternyata dataya tidak bisa diprint, disitu say
sudah mulai putus asa karena, dalam waktu setengah jam lagi, pemilihan asisten
lab akan dimulai, akhirnya saya kembali lagi ke kostan dan mengambil data yang
baru, dan ternyata datanya bisa diprint. Untuk sementara waktu saya cukup lega.
Sampai pada akhirnya acara penerimaan asisten lab tersebut dimulai. Tes pertama
yaitu tes tutorial, jantung saya pun berdebar dengan kuatnya sebelum nama saya
dipanggil, bersama puluhan pelamar yang ada, kami mulai mempelajari makalah
kami, karena yang akan kami tutorkan nanti adalah sesuai dengan makalah yang
kami buat. Keadaan diruang tersebutpun menjadi gaduh karena kami saling
berbicara satu dengan yang lainnya.
Sampai
akhirnya nama saya pun dipanggil untuk menjadi tutor, tambah berdebar dengan
kencang jantung ini, tapi saya berusaha untuk tetap tenang, dan mulai menjadi
tutor, samapai akhirnya saya telah menyelaesaikan tugas asaya menjadi tutor
saya cukup puas karena menurut saya, saya bisa pada saat menjadi tutor tani,
akhirnya setelah semua telah menjadi tutor, pengumuman lolos untuk lanjut
ketahap berikutnya pun dipasang, disitu saya pun tambah deg-degan karena
takutnya saya, tapi ternyata deg-degan itu berubah menjadi kebahagiaan, karena
saya ternyata lolos di tahap tutorial ini, dan teman-teman saya yang lain pun
ternyata lolos. Dan kami melanjutkan ketahap selanjutnya yaitu wawancara,
dengan berbagai macam pertanyaan, saya pun menjawab semampu saya, dan ternyata
saya dan teman-teman yang lain lolos ke tahap berikutnya.
Dan
tahap berikutnya adalah tahap simulasi, disini kami diberi pertanyaan yang
klasik yang ada di lab tersebut, dan kami harus menjawab seolah kami adalah
seorang KP (Ketua Praktikum), dan saya menjawab dengan pengetahuan yang saya
miliki, dan menjawab seolah-olah saya adalah memang seorang KP.dan akhirnya tes
simulasi adalah akhir perjuangan saya untuk menjadi asisten lab di laboraterium
tersebut. Karena ternyata saya tidak lolos ke tahap selanjutnya, entah apa yang
menjadi bahan pertimbangan mereka. Tapi yang saya yakini, mereka mencari orang
yang terbaik, dan mungkin itu bukan saya.
Rasa
kecewa memang ada dalam diri saya, tapi itu adlah kenyataannya, dan dari situ
saya mulai berpikir, ternyata saya belum pantas menjadi seorang asisten lab,
dan masih banyak yang lebih baik. Saya pun berusaha untuk lapang dada dan
menerima itu semua. Dan akhirnya pengalaman berharga yang saya ambil dalam
pengalam ini adalah, segala sesuatu yang kita perjuangakan memang tidak selalu
berbuah manis. Memang berat dan rasanya ingin sekali marah pada saat itu,
karena kerja keras yang saya lakukan ternyata tidak membuahkan hasil yang baik.
Tapi dari pengalaman ini saya belajar untuk menjadi orang yang bisa menerima
kegagalan. Karena tidak selamanya kita akan selalu mendapatkan apa yang kita
mau, terkadang dengan kegagalan tersebut kita bisa mendapatkan hal lain yang
lebih indah. Dan itu yang saya tanamkan dalam pikiran saya untuk saya selalu
positif thinking dan bangkit dari penyesalan yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar