Mengalami
penolakan, memang tidak enak. Apalagi saya sudah pernah mengalaminya. Tapi karena
saya tidak mau terlalu jauh terpuruk dalam masa lalu, sehingga membuat saya
untuk memberanikan diri untuk mencoba melangkah maju kedepan dengan segala
konsekuensinya.
Semua
berawal dari semangat saya yang bergebu gebu untuk mendaftar sebagai asisten
lab, dank arena saya sudah mengalami penolakan di lab sebelumnya, setelah saya
sudah memasukan lamaran ke lab yang larinnya. Sampai pada akhirnya saya lolos
ditahap awal, dan seperti lab-lab yang lainnya kami melanjutkan ke tes
tertulis. Awalnya saya sudah mulai malas untuk mengikutinya, karena buat saya
itu buang-buang waktu saja, karena adanya penolakan dengan alas an yang sama. Tapi
semua teman-teman saya mendunkung say untuk ikut tersebut. Mereka bilang “udah,
ikut aja, untung-untungan. Dapat syukur, ga yaudah”. Akhirnya saya dan
teman-teman saya yang ikut mendaftar di lab tersebut berangkat untuk tes
tertulis.
Sebenarnya
banyak sekali kendala yang kami alami sebelum saya dan teman-teman saya mau
tes. Dari saya yang tidak belajar sama sekali, satu teman saya yang tidak tahu
harus menggunakan dasi dan sepatu pentofel. Tetapi dia hanya memakai kemeja dan
sepatu kets biasa, dan teman saya yang lainnya yang berpenampilan berantakan. Kami
dating dengan keadaan yang sangat memaksa. Akhirnya teman saya yang tidak
memakai pakaian yang lengkap, terpaksa meminjam dengan seseorang yang dia pun
belum kenal. Bisa dibilang, kami modal nekat mengikuti tes tertulis tersebut. Tapi
akhirnya, kami bisa lolos kedalam ruangan tersebut untuk mengikuti ujian
tersebut. Kami duduk saling bersamping-sampingan. Kami ber enam dibagi menjadi
dua tempat. Empat orang duduk saling berjejer, dan 2 teman saya pun duduk tepat
didepan kami. Kami sengaja berdekatan, untuk menyatukan hati.
Sampai
pada akhirnya, kertas ujian tertulis pun dibagikan. Dan soal untuk kami berbeda
semua. Akhirnya karena kami sudah terbiasa untuk mengerjakan soal sendiri,
mencoba untuk mengerjakan semuanya sendiri. Saya hanya tertawa membaca dan pada
saat mengerjakannya. Itu semua bukan karena ada yang lucu saat kami
mengerjakannya, tetapi karena saya tidak bisa mngerjakannya. Itu disebabkan,
karena saya tidak membaca sama sekali untuk ujian saat itu. Berbeda dengan
kedua teman saya yang duduk didepan kami, mereka berdua sangat serius
mengerjakannya. Dan sebelum tes itu keluarpun, saya sudah yakin kalau mereka
akan lolos untuk lanjut ke tahap selanjutnya, beda dengan saya yang mengisi
seadanya yang ada diotak saya.
Sampai
akhirnya, pengumuman hasil tes tertulispun keluar, kami berenam mendapatkan sms
dari kakak asisten labnya. Saya sendiripun tidak menyangka bahwa saya bisa
lolos, tapi ternyata, saya masih diberi kesempatan untuk lanjut ke tes
berikutnya, tes berikutnya adalah tes tutorial, ini adalah tes yang paling
melelahkan karena disini saya harus membuat sebuah makalah, sama seperti pada
saat saya membuat makalah untuk tes turorial di lab berikutnya, disini, saya
sudah mulai semangat karna, saya yakin Tuhan sudah membuka jalan, untuk saya
bisa lolos sampai tahap tutorial, walaupun masih ada keraguan dalam diri saya. Akhirnya
di tes tutorial ini sangat berbeda dengan tes tutorial di lab sebelumnya, dilab
ini, lebih menguras ke mental kami, yaitu kami di tes sebnyak dua kali, yang
pertama tes tentang pengetahuan kami, dan kedua tes tentang mental kami, dan
bagaimana cara kami apabila menghadapi anak-anak yang bandel dan hyperactive.
Tes
ini adalah tes yang paling asyik, dan saya mendapatkan pengalaman baru yang
sangat berharga, yang belum tentu bisa saya dapatkan ditempat lain ataupun
belum tentu saya dapat berdiri didepan anak-anak yang dengan berbagai sikap dan
sifat yang pastinya akan membuat saya pusing sendiri. Tapi saat tes tutorial
itu, banyak pengalaman baru yang seru yang bisa saya dapatkan.
Pada
akhirnya, saya pun mendapat sms kembali dari kakak asistennya, yang menyatakan
saya lolos ketahap selanjutnya, yaitu ttahap wawancara, ini bisa dibilang tahap
terakhir, karena apabila tahap ini lolos, bararti sudah 90% pasti diterima,
pada tahap ini, saya mulai berharap kalau semua akan dimudahkan seperti
tahap-tahap sebelumnya. Dan ada sedikit harapan untuk saya dapat lolos. Tapi,
ternyata, tidak seperti itu yang saya dapatkan, ternyata saya hanya bisa
bertahan sampai tahap wawancara, entah mengapa dan apa alasannya sehingga saya
tidak lolos, tapi walaupun demikian, pengalaman ini tidak akan pernah
terlupakan. Karena semua bukan dilihat dari berhasilnya kita, tetapi
pengalamanlah yang jauh lebih berharga.
0 komentar:
Posting Komentar