“pokoknya,
kalau nanti pulang kamu belum potong rambut. Tidak usah pulang kerumah!”
demikianlah seorang ibu yang sedang memperingatkan putranya yang sudah remaja.
Karena tuntutan orang tua itulah membuat nya pergi dengan hati geram. Hingga
malam tiba, ia masih belum pulang. Sehingga membuat orang tuanya mulai
khawatir. Bahkan hingga besok pagi, ia tidak juga pulang. Dan hingga kini,
orang tuanya masih terus mencarinya. Mereka mengakui bahwa perintah itu adalah
keputusan terburuk yang mereka pernah lakukan dalam hidupnya. Itu adalah kisah
nyata sepasang orang tua yang diceritakan Prof. Howard Hendricks dalam bukunya
“Heaven Help The Home”.
Dalam mendidik anak, ketegasan
memang perlu. Namun, yang juga takkalah penting untuk diketahui setiap orang
tua adalah kapan dan bagaimana kita perlu menggunakan ketegasan itu. Sering
kali para orang tua, tidak pernah memikirkan panjang kedepan dan tidak pernah
memikirkan resiko dari apa yang mereka lakukan, sehingga mereka selalu
memerintah kepada anaknya secara pberlebihan yang mungkin sebenarnya bukan
masalah yang besar. Tetapi bisa sangat sulit diatasi bila tidak di tangani
dengan benar. Pahamilah bahwa setiap anak adalah unik. Mereka tidak sama dengan
saudaranya, atau tidak sama satu dengan yang lainnya, bahkan mungkin tidak juga
sama dengan orang tuanya. Yang dialami pasangan diaatas adalah satu contoh bagaimana
orang tua sering keliru menaruh prioritas dalam bersikap tegas terhadap anak.
Tentu, kita semua punya harapan bagaimana idealnya cara anak-anak kita dalam
berpakaian, selera mereka dalam memilih warna atau memilih gaya rambut. Akan
tetapi, apakah itu lebih penting dari mengajarkan mereka menghormati orang tua?
Apa itu lebih penting dari mengajar mereka tentang memiliki prinsip hidup?
Ada kalanya kita harus berkata “ya”
jika memang kenyataannya adalah “ya” alias tidak apa-apa. Jika hal itu memang
tidak berbahaya baik bagi perkembangan jiwa, tubuh, atau mental dan masa depan
anak, mengapa kita harus bersikap seakan hal itu adalah sesuatu yang mutlak
terlarang? Ya, didiklah anak kita, ajar dia untuk menjauhi hal – hal yang tidak
benar, tetapi belajarlah membedakan mana yang perlu dilarang, yang masih bisa
ditoleransi, yang boleh dilakukan asal jangan sering – sering, hingga mana yang
sebaiknya dilakukan oleh anak kita, ingat, sering kali suka menilai sesuatu
meski hanya dari informasi yang sepotong – potong. Daripada hanya melarang,
jauh lebih baik jika kita mengajar mereka untuk berpikir lebih luas sehingga
mereka paham alas an mereka tidak boleh melakukan sesuatu.
Mengertilah, bahwa anak pun tahu apa
yang bisa dia lakukan, apa yang harus dia lakukan dan juga apa yang harus dia
hinder. Tanpa harus diperintah secara berlebihan dari orang tuanya pun. Dia
tahu kewajiban dan tata aturan yang ada. Walaupun terkadang anak suka melawan,
itulah keunikan anak- anak, ada saatnya mereka jenuh dengan semua aturan –
aturan yang dibuat orang tuanya, sehingga membuat anak tersebut mengambil
keputusan yang pada akhirnya akan merugikan orang tuanya sendiri. Jadi sebagai
orang tua, mulailah mengetahui karakter anaknya masing – masing. Dan jangan
samakan sifat anak yang satu dengan anak yang lain, karenakembali lagi, setiap
anak punya keunikannya masing – masing. Dan setiap orang tua harus memiliki
trik untuk menghadapi semua anak – anaknya, agar tidak ada lagi selisih paham
dan perdebatan yang dapat saling merugikan diri masing – masing.
0 komentar:
Posting Komentar