Seorang petani mempunyai seekor kuda jantan yang sangat disayanginya. Setiap hari, dengan telaten ia merawat kuda itu. Suatu kali kuda itu kabur. Para tetangga datang menyampaikan rasa simpati mereka atas kehilangan yang dialami si petani. Sebulan kemudian, kuda itu balik lagi di sertai serombongan kuda liar dari gunung. Rupanya kuda itu lari kehutan. Dan, ketika kembali ia di ikuti oleh teman-temannya. Para tetangga dating memberikan ucapan selamat karena kini ia memiliki banyak kuda.
Suatu hari anak laki-laki si petani itu mencoba untuk mengendarai salah seorang kuda liar itu. Entah bagaimana ia terjatuh, kakinya terinjak oleh si kuda liar tersebut hingga patah. Akibatnya ia menjadi lumpuh. Para tetangga dating lagi untuk menyampaikan rasa simpati mereka dengan apa yang anak petani itu alami. Satu tahun berselang, terjadilah perang. Semua pemuda harus berangkat kemedan perang. Hanya anak laki-laki si petani yang dibebaskan untuk tidak ikut berperang karena ia lumpuh. Dan ia satu-satunya pemuda yang selamat dari desa itu.
Dari cerita diaatas kita bisa mengambil suatu arti yang mungkin sering kali kita lupakan bahkan kita tidak menyadarinya. Bahwa dibalik musibah kerap tersimpan berkat. Sebaliknya dibalik berkat tidak jarang tersembunyi kesusahan. Seperti yang diceritakan diatas, si petani itu harus kehilangan kudanya, tetapi dengan musibah itu, si petani itu bisa mendapatkan lebih banyak lagi kuda, dan selain itu karena berkat yang diterimanya itu, ia juga mengalami kesusahan, karena anaknya harus lumpuh karena terinjak kuda liar tersebut.
Maka, penting sekali untuk kita selalu mawas diri. Jangan kecil hati ketika tertimpa musibah, sebab dari situ bisa saja kita menuai kebahagian. Namun, juga tidak lupa diri saat bergelimbang berkat, sebab bisa saja kemudian kita mengalami kesusahan. Apa yang tampaknya seperti “ujung jalan” kerap hanya sebuah “belokan”, masih ada kelanjutannya. Seperti yang sering kita dengar, untuk segala sesuatu yang ada didunia ini ada waktunya dan masanya; waktu suka, waktu duka, waktu manis, waktu pahit, dan tidak ada yang tahu kapan itu akan terjadi.
Dan ingatlah, “apabila duka menimpa ingat saat suka supaya tidak kecil hati. Apabila suka menghampiri ingat saat duka supaya tidak lupa diri.”
0 komentar:
Posting Komentar