BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 13 November 2011

BUNGA DAN DAUN

Sun Zi menulis buku dengan judul Sun Zi Bingfa (seni berperang) yang sangat fenomenal lebih dari 2.300 tahun yang lalu. Ternyata, prinsip-prinsip strategi kemiliteran yang terdapat dalam buku tersebut di anggap masih relevan hingga saat ini. Bahkan, prinsip-prinsip itu banyak dipakai dalam dunia bisnis yang sarat intrik, juga dalm hubungan antar manusia yang kompleks.
Sun Zi pernah mengungkapkan sebuah perumpamaan,  yang sangat mengena berbunyi : “sekuntum bunga sesungguhnya menjadi elok berkat dukungan daun-dun yang hijau.” Daun hijau yang memiliki klorofil (zat hijau daun) sekalipun tidak seelok bunga, mempunyai fungsi yang sangat vital yakni sebagai pemasok nutrisi karbohidrat melalui proses fotosintesis dari air dan gas asam arang, serta penyinaran cahaya matahari.
Perumpamaan diatas hendak menunjukan bahwa kesombongan adalah sikap yang tidak pada tempatnya. Dalam keseharian, sikap kita yang seperti itu bisa menjadi batu sandungan. Dalam keseharian kita pun sering terjadi seperti itu, contohnya saja dalam keorganisasian, setiap pengurus memiliki kessetaraan, sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk merasa paling hebat, atau sebaliknya untuk merasa rendah diri. Pribadi-pribadi yang menjadi “bunga” atau “daun hijau” dapat saling mendukung untuk menghasilkan “buah-buah” yang baik; dalam kehidupan sehari-hari mauputn saat berorganisasi. Itulah sedikit contoh kecl yang dapt kita jumpai dimana pun kita berada dalam organisasi yang kita ikuti.
Mulailah menganggap semua bagian memiliki keistimewaan dan karakteristik masing-masing yang akan membuatnya menjadi lebih baik bila kita bisa menyatukannya dan bisa mengatur semuanya dengan baik dan menghasilkan buah yang baik pula.

PANTANG MUNDUR


Setiap kali saya menunggu untuk naik pesawat, ada dua hal yang menarik perhatian saya di lapangan bandara. Pertama, bendera merah yang berfungsi menunujukan arah angin. Kedua, kendaraan berat yang berfungsi mendorong mundur pesawat. Kedua hal ini menyadarkan saya bahwa sebuah pesawat dapat terbang karena dua hal. Ia harus melawan arus angin agar dapat terbang. Kedua, ia harus maju terus agar agar sampai ketujuan. Bila sudah terbang, maka sebuah pesawat tidak mungkin dapat berhenti bahkan mundur; berhenti sedikit saja akan banyak yang ia korbankan, bahkan nyawanya sendiri pun akan menjadi korbannya.
Demikian juga dengan kehidupan kita. Pertama, kita harus berani melawan arus dunia yang tidak benar. Kedua sebagai seorang yang ingin maju, kita tidak boleh mundur, dan putus asa karena adnya tantangan dan hambatan yang mungkin harus di hadapinya.
Inilah rahasia untuk kita bisa meraih setiap kesuksesan yang telah menunggu kita. Seburuk apapun masa lalu kita, kita tidak boleh menoleh kebelakang dan berhenti disitu. Ibarat pesawat ia terus maju dan terbang semakin tinggi untuk dpat meninggalkan masa lalu itu dan menjemput masa depannya.
Jadi, inilah yang harus kita miliki sejak hari ini dan kedepannya; sikap optimis, maju terus pantang mundur. Ini lah yang selalu akan membuat kita selalu berharap dan terbang tinggi tanpa berhenti dan mulai tertuju pada pusatnya yaitu keberhasilan.

AMBISI

          Pada tahun 2003, Michael Weiskopf, wartawan majalah TIME, berangkat ke Irak. Bersama tentara Amerika Serikat, ia meliput suasana perang dari dalam tank baja. Tak dinyana, sebuah granat dilemparkan kedalan tank itu dan meledak! Weiskopf pun kehilangan tangan kanannya. Ketika kembali kepada keluarganya, ia merenung : “mengapa aku mau di utus kemedan perang hingga cacat begini?” akhirnya, ia menemukan jawabnya : ambisi.
          Weiskopf ingin menaikan pamornya sebagai wartawan supaya dikenal sebagai jurnalis terhebat. Dan al hasil, kini ia menyesal.
          Ambisi adalah keinginan membara untuk sukses atau mencapai sesuatu yang lebih dan yang kita inginkan. Tidak salah sebenarnya bila manusia berambisi. Bahkan untuk bisa maju kita harus memiliki ambisi. Masalahnya adalah kemana ambisi itu diarahkan?
          Apakah ambisi yang selama ini kita lakukan adalah ambisi yang benar dan bukan ambisi yang karena keegoisan kita saja. Sering kali ambisi yang ada pada diri kita adalah ambis yang ada keran keegoan kita dan untuk menyombongkan diri kita sendiri,
          Dalam kehidupan kita, tidak salah kita memiliki ambisi, tetapi kita mesti hati-hati sebab ambisi itu bagaikan api. Bisa menghangatkan, tetapi bisa juga menghanguskan seperti ilustrasi diatas. Ambisi yang egois akan mengakibatkan perseteruan, sebaliknya ambisi yang tulus akan mempersatukan. Mulaikah lihat kedalam diri kita masing-masing. Ambisi seperti apa yang selama ini telah ada dan yang kita pikirkan dalam hidup ini. Mulailah berpikir dan berambisi yang dapat menyenagkan hati kita dan orang yang berada disekita kita.

IBU


Begitu banyak kata yang akan terucap saat kita mulai berbicara kata ibu. Bahkan mungkin untuk sebagian orang akan menangis saat mulai mendeskripsikan tentang ibu. Wanita tegar, yang selalu memberi kesejukan, yang selalu memberi kenyamanan. Tanpa keluhan selalu siap menopang. Berusaha kuat walau sangat lemah. Mempunyai bahu bidang untuk diberikan setiap kita butuh. Rela bangun dari mimpi indahnya, saat kita terbangun karena mimpi buruk menyapa.
Siap menjaga 24 jam, saat demam itu datang,bahkan akan selalu sabar untuk memberikan obat walau kita berlarian untuk menolak meminumnya.  Orang yang dengan setianya berlutut dan meneteskan air mata untuk mendoakan yang terbaik untuk kita. Tak sedikitpun kata buruk yang ia berikan, ketika ia mulai mendiskripsikan anaknya didepan temannya. Semua begitu mudahnya ia berikan. Tanpa meminta kita untuk menggantikannya. Semua yang ia lakukan selalu untuk menyenangkan kita, walaupun saat kita mulai senang, kita akan meninggalkannya.
Dan saat kita mulai beranjak dewasa pun, ia tetap memberikan kasih sayang yang sama, tidak ada sedikitpun yang berbeda. Tapi kita yang mulai berbeda menyikapinya. Mungkin buat kita kasih sayang yang ia berikan terlalu berlebihan dan kita selalu menganggap bahwa kita sudah dewasa, sudah bisa mengetahui apa yang baik dan benar untuk diri kita sendiri dan mulai melupakan semua yang ibu bilang.
Dan saat kita mulai merasa kita bisa berjalan sendiri tanpa topangannya, tau kah anda betapa ibu merindukan kita tetap menjadi bayi mungilnya, yang selalu ingin diperhatikan oleh ia. Mulailah untuk selalu bisa menjadi yang terbaik untuknya, mulailah tetap memberikan senyuman itu kepadanya. Taukah ada begitu inginnya ia dapat melihat kita berdiri dengan gagah dan cantiknya di depannya di masa depan nanti. Dan mulai menopang ia, seperti yang ia lakukan dulu kepada kita. Tak banyak yang ia inginkan dari kita. Ia tidak pernah meminta untuk kita mengembalikan semua yang telah ia berikan kepada kita. Hanya satu yang ia minta tetaplah bersamanya sampai saat terakhir nanti, buatlah ia bangga karena memiliki kita.
Jangan sia-siakan diri kita untuk mengikuti dunia ini. Dunia yang menjauhkan kita dari kasih sayang yang tulus, yang selalu memberi dengan kata “walaupun”, bukan dengan kata “karena”. Sadarilah betapa beratnya pengorbanan yang telah ibu berikan agar kita dapat terpandang dan dapat mengetahui arti hidup yang benar.

AKHIR


Aku ada disitu
Saat semua berlalu begitu saja
Tak ada kesan
Tak ada pesan

Begitu cepatnya waktu itu merenggut
Tak diberinya sedetik untuk berbicara
Hanya terpaku
Melihat semua terjadi

Tangisan, teriakan
Hanya itu yang dilakukan
Tapi hanya berbaring mendengar semua itu
Tanpa respon apapun

Malam indah
Berubah menjadi jeritan
Mimpi indah berubah menjadi buruk
Saat semua terjadi

Hanya diam terpaku
Saat semua memanggilnya
Hanya diam terpaku saat semua berjerit

Itukah akhir
Akhir pertemuan
Akhir yang yang indah
Dengan senyum ia pergi
Menandakan begitu bahagianya ia

Dan inilah akhir semuanya
Akhir kebahagiaan
Akhir kebersamaan
Tapi, bukan akhir dari hidup

Karena semua tersimpan di lubuk hati
Dibagian kecil otak
Dia tetap hadir disampingku
Dan menemaniku

Kamis, 10 November 2011

MASA LALU


Seorang pemain biola desa lolos ke final kompetisi nasional. Di malam final, permainannya mengundang decak kagum hingga semua menduga dialah yang akan menjadi pemenangnya. Tiba-tiba, dibagian akhir permainannya, satu senar biolanya putus. Penonton menahan nafas. Ada yang spontan berdiri, bahkan pemimpin orchestra pengiring sempat berhenti. Namun, si pemain biola tetap tenang dan terus bermain, walau suara biolanya tak seindah semula. Ia tahu, tak ada gunanya memikirkan senar yang putus. Itu tak’kan bisa menyambungkan senar tersebut lagi, hanya membuang waktu dan energy. Lebih baik ia konsentrasi memainkan senar yang masih bisa dimainkan. Meskih kalah lomba, ia menang atas kekhawatiran dan pemborosan energy.
            Pemborosan energy terbesar bisa berwujud kekhawatiran  dan pikiran negative yang dihabiskan untuk memikirkan hal yang tak dapat diubah. Kita sering menghabiskan energy dengan pemikiran “seandainya ini” atau “itu”? seribu “seandainya” bisa dibuat dalam situasi-situasi demikian. Namun, masa lalu tidak mungkin diubah. Jadi jangan boroskan energy, lebih baik kita gunakan kekuatan dan waktu yang masih ada untuk memainkan senar yang masih utuh. Mulailah untuk bersikap dewasa dalam menyikapi semua kejadian yang ada. Karena tidak ada untungnya untuk kita menyesali semuanya. Yang ada sekarang mulailah untuk tetap berjalan sesuai dengan yang ada. Dan jangan pernah melihat kebelakang.

HANYA BELOKAN


Seorang petani mempunyai seekor kuda jantan yang sangat disayanginya. Setiap hari, dengan telaten ia merawat kuda itu. Suatu kali kuda itu kabur. Para tetangga datang menyampaikan rasa simpati mereka atas kehilangan yang dialami si petani. Sebulan kemudian, kuda itu balik lagi di sertai serombongan kuda liar dari gunung. Rupanya kuda itu lari kehutan. Dan, ketika kembali ia di ikuti oleh teman-temannya. Para tetangga dating memberikan ucapan selamat karena kini ia memiliki banyak kuda.
            Suatu hari anak laki-laki si petani itu mencoba untuk mengendarai salah seorang kuda liar itu. Entah bagaimana ia terjatuh, kakinya terinjak oleh si kuda liar tersebut hingga patah. Akibatnya ia menjadi lumpuh. Para tetangga dating lagi untuk menyampaikan rasa simpati mereka dengan apa yang anak petani itu alami. Satu tahun berselang, terjadilah perang. Semua pemuda harus berangkat kemedan perang. Hanya anak laki-laki si petani yang dibebaskan untuk tidak ikut berperang karena ia lumpuh. Dan ia satu-satunya pemuda yang selamat dari desa itu.
            Dari cerita diaatas kita bisa mengambil suatu arti yang mungkin sering kali kita lupakan bahkan kita tidak menyadarinya. Bahwa dibalik musibah kerap tersimpan berkat. Sebaliknya dibalik berkat tidak jarang tersembunyi kesusahan. Seperti yang diceritakan diatas, si petani itu harus kehilangan kudanya, tetapi dengan musibah itu, si petani itu bisa mendapatkan lebih banyak lagi kuda, dan selain itu karena berkat yang diterimanya itu, ia juga mengalami kesusahan, karena anaknya harus lumpuh karena terinjak kuda liar tersebut.
            Maka, penting sekali untuk kita selalu mawas diri. Jangan kecil hati ketika tertimpa musibah, sebab dari situ bisa saja kita menuai kebahagian. Namun, juga tidak lupa diri saat bergelimbang berkat, sebab bisa saja kemudian kita mengalami kesusahan. Apa yang tampaknya seperti “ujung jalan” kerap hanya sebuah “belokan”, masih ada kelanjutannya. Seperti yang sering kita dengar, untuk segala sesuatu yang ada didunia ini ada waktunya dan masanya; waktu suka, waktu duka, waktu manis, waktu pahit, dan tidak ada yang tahu kapan itu akan terjadi.
            Dan ingatlah, “apabila duka menimpa ingat saat suka supaya tidak kecil hati. Apabila suka menghampiri ingat saat duka supaya tidak lupa diri.”