BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 22 Maret 2011

Peta Perekonomian Pulau Sumatera

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan luas wilayah hampir 2 juta km2 dan berpenduduk lebih 206 juta jiwa pada tahun 2000, memiliki potensi sumberdaya alam baik di laut (marine natural resources) dan di darat (land natural resources) yang sangat besar. Di laut, Indonesia memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 2,9 juta km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km2. Selain itu Indonesia juga mempunyai hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km2 pada perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari garis pangkal). Di darat, memiliki lahan kehutanan 113 juta ha, lahan sawah produktif 9,9 juta ha, lahan perkebunan produktif 15,5 juta, 60 cekungan prospektif sumber mineral dan migas.
Selain itu juga Deputi Bidang Neraca dan Analisis mengatakan, “Kontribusi pulau terhadap PDB Indonesia di kuartal III-2010, Pulau Jawa masih memberikan kontribusi terbesar dengan menyumbang 57,62 persen terhadap PDB.” Jakarta, (5/11/2010). Di urutan kedua ditempati Pulau Sumatera tumbuh 23,73 persen, Pulau Kalimantan tumbuh 9,21 persen, Pulau Sulawesi tumbuh 4,59 persen, Pulau Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 2,79 persen, serta Pulau Maluku dan Papua tumbuh 2,06 persen. Selain itu, BPS juga mencatat kontribusi pertanian dan perkebunan terhadap konsumsi dalam negeri berdasarkan provinsi, di mana perkebunan kelapa sawit masih disumbang oleh tiga provinsi yakni Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Selatan. Adapun untuk kopi masih disumbang oleh Sumatera Selatan, dan tebu oleh provinsi Jawa Timur. “Sedangkan untuk provinsi Jawa Timur masih menyumbang pertanian dan perkebunan terhadap konsumsi dalam negeri dengan menyumbang buah-buahan dan sayur-mayuran. Untuk padi dan jagung masih disumbang dari provinsi Jawa Tengah,” tuturnya. Sedangkan untuk produk non-pertanian dan perkebunan seperti batu bara masih disumbang oleh provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, Emas oleh Papua dan Tembaga oleh Nusa Tenggara Barat dan Papua,” tutupnya.
Contoh kota kecil yang berada di pulau Sumatera, yang mungkin masih asing ditelinga kita. Yaitu kota Binjai. Binjai adalah salah satu kota dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatra Utara, Medan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh.
Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.
Geografi
Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km 10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah berada dalam wilayah Kota Binjai. Ada 2 sungai yang membelah Kota Binjai yaitu Sungai Bingai dan Mencirim yang menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota, masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang masih layak dikonsumsi.
Demografi
Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Batak Karo, suku Tionghoa dan suku Melayu. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2003 adalah 223.535 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.506 jiwa/km persegi. Tenaga kerja produktif sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga penduduk Binjai yang bekerja di Medan karena transportasi dan jarak yang relatif dekat.
Agama di Binjai terutama:
• Islam - dipeluk mayoritas suku Jawa dan Melayu, mesjid terbesar berlokasi di Jalan Kapten Machmud Ismail.
• Kristen - dipeluk sebagian besar suku batak Karo.
• Buddha - dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di Binjai Kota dan Binjai Barat.
• Hindu - ada 1 pura di Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk terutama oleh etnis India.
Perekonomian
Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara, sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat. Kawasan Industri Binjai di Kecamatan Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkeh Turi dengan luas wilayah 300 ha. Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan Binjai Utara.
Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen.
Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa - jasa
Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun.[1] Sayangnya, kapasitas sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi komoditi unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplit.
Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:
• Pusat Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di Binjai Kota.
• Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara
• Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat
• Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan
• Pasar Trengganu - berlokasi di Binjai Timur
Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:
• Binjai Supermall
• Pusat perbelanjaan Suzuya
• Mini Market Tahiti
• Toserba Binjai Ramayana
• Mall Ramayana
Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.
Pariwisata
Di bidang pariwisata, kota Binjai sebenarnya juga punya “simpanan”. Saat ini saja, ada satu lokasi wisata air yang mulai dilirik, meski masih terbatas pada wisatawan lokal. Adalah Pantai Indah SB yang kini menjadi sasaran weekend orang Binjai dan sekitarnya. Agak unik memang namanya. Menurut masyarakat sekitar, SB merupakan singkatan dari nama orang, Suherman Bangun. Dialah yang mengelola lokasi ini. Dulunya Pantai Indah SB hanyalah sebuah sungai biasa, kini ia menjadi objek wisata menarik. Berlokasi di kecamatan Binjai Selatan, kelurahan Tanah Merah, Pantai SB selalu ramai dikunjungi setiap hari, terutama hari libur dan akhir pekan. Pada hari libur, ribuan manusia tumpah kemari untuk menikmati pemandian alam dan beragam hiburan yang disediakan. Tak urung, warga Langkat, Medan hingga Aceh, cukup banyak mengisi liburan mereka di sini. Tiket masuk ke pantai ini Rp 3.500 dan parkir Rp 2.000. Agak mahal memang bila dibanding tarif masuk di lokasi wisata lain, namun itu ternyata tak menyurutkan minat pengunjung. Sepeda motor dan mobil yang parkir bisa mencapai ratusan unit. Daya tarik utama Pantai Indah SB adalah lokasinya yang masih alami. Sungai ini tersembunyi di balik perkebunan sawit. Air yang mengalir dari sungai Begulda sangat sejuk dan bening. Riak air yang bergelombang menjadi permainan mengasyikkan bagi pengunjung. Tak hanya menjual wisata air, pengelola Pantai Indah SB juga membangun penangkaran unggas. Beberapa unggas dari berbagai jenis bermain dalam kandangnya. Laksana kebun binatang, hewan-hewan ini menjadi tontonan menarik, terutama untuk anak-anak. Untuk menyenangkan wisatawan lokal, pengelola menyediakan kuda tunggangan yang bisa disewa berkeliling mengitari daerah wisata ini. Dengan tarif Rp 10.000, para pelancong dapat menunggangi kuda dengan dipandu petugas tertentu. Pantai SB merupakan lokasi wisata yang terbilang baru. Meski potensi alamnya sudah menggoda sejak lama, namun sang pengelola baru membukanya tahun 2004. Orang memberi perhatian pada tempat ini setelah Bukit Lawang diluluhlantakkan banjir bandang pada tahun 2002 lalu.

Referensi : http://www.insidesumatera.com/
http://terminal-pantaitimur.blogspot.com/2009/03/tanah-kelahiranku.html

0 komentar: